Text
Pengembangan Komponen Struktur Balok Bambu Bersusun (Studi Eksperimental)
Bambu merupakan bahan bangunan yang sangat murah harganya, cukup ringan dan dapat dengan mudah kita dapatkan di Indonesia. Selain itu bambu dapat dengan cepat mempebaliarus diri dan umurnya pun lebih cepat dari pertumbuhan kayu yang berlangsung eltar 20 sampai 40 tahunan, sedangkan bambu hanya sekitar 3 sampai 5 tahun sudah layak untuk ditebang Dengan pertimbangan inilah maka studi eksperimental ini dilakukan dengan bahan eksperimennya digunakan bambu taft yang disusun dan dijadikan komponen struktur balok bambu bersusun
Dalam kesempatan ini eksperimen komponen struktur balok bambu bersusun hanya dilakukan dengan pengujian lentur saja, sedangkan untuk pengujian tarik dan pengujian tekannya tidak dilakukan. Selain itu eksperimen ini tidak dilakukan analisi jarak pacak dan besarnya pasak yang digunakan, tetapi pasak digunakan dengan jarak, 25 cm dan dimensi pasak yang digunakan sebesar 1,3 cm x3 cm.
Setelah dilakukan eksperimen ternyata bambu tali ini sangat baik untuk digunakan sebagai komponen struktur balok, Hal ini dapat dilihat dengan hasil ekspernmen yang ditunjukkan untuk komponen struktur balok, bambin tunggal besarnya Modulus Elastisitas Lentur (MOE) bambu rata-rata sebesar 190 147,71 kg/cm² dan Modulus Patah (MOR) bambu rata-rata sebesar 871,630 kg/cm² sedangkan untuk komponen struktur balok bamba berzusun besarnya Modulus Elastisitas Centur (MOE) bambu rata-rata sebesar 172.530,30 kg/cm² dan Modulus Patah (MOR) bambu rata-rata sebesar 791,483 kg/cm² Nilai ini semakin kecil bila jumlah buluh bambu yang disusunnya semakin banyak, Besarnya Modular Elastintar Centur dan Modulus Patah ini lebih besar dari pada Modulus Elastisitas Centur dan Modulus Patah dari kayu
B53 1008 2003 | 080 SAD p 2003 | Rak Skripsi (11 B) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain