Text
Rekonstruksi Tanda Tinggi Geodesi Dengan Teknologi GPS (Studi Kasus Dampak Pembangunan Proyek PLTA Kotopanjang Provinsi Riau)
Salah satu dampak pembangunan PLTA Kotopanjang adalah tenggelamnya ruas jalan negara yang menghubungkan Propinsi Sumatera Barat dan Riau diperkirakan sepanjang 50 km, dengan tenggelamnya ruas jalan tersebut, maka TTG yang berada di samping jalan tersebut ikut pula tenggelam. Untuk merekonstruksi atau menyambungkan kembali jaring TTG yang terputus akibat genangan air PLTA Kotopanjang digunakan teknologi GPS.
Hasil penentuan posisi dengan metoda GPS adalah lintang (p), bujur (2) dan tinggi ellipsoid (h), sedangkan untuk keperluan praktis atau rekayasa, ketinggian yang diperlukan adalah ketinggian terhadap Geoid atau tinggi orthometris (H) hal ini erat kaitannya dengan geopotensial bumi. Untuk menghitung tinggi orthometris suatu titik dengan metoda GPS diperlukan data undulasi pada titik yang diukur. Undulasi dihitung dengan metoda Ring Integrasi dari data gayaberat lokal dan global model EGM-96 dan OSU-91A.
Untuk menentukan ketelitian atau salah penutup yang dapat dicapai oleh metoda GPS dalam menentukan beda tinggi orthometris, maka pada hitung perataan beda tinggi jaring TTG tersebut dikontrol dengan TTG.1020 dan TTG.955 hasil pengukuran sipat datar teliti yang terdapat di awal dan di akhir jaring TTG yang tenggelam.
Berdasarkan 3 model data hitungan, yaitu tinggi GPS dengan kombinasi model EGM-96 ring ke-10, model EGM-96 ring ke-5, model OSU-91A ring ke-10 diperoleh nilai salah penutup berturut-turut 0,8078 meter, 0.6537 meter dan 0,3197 meter untuk panjang pengukuran 51,776 km.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metoda GPS hanya mampu menggantikan metoda sipat datar biasa, jika berdasarkan spesifikasi dan standard untuk kontrol vertikal, metoda GPS dapat digunakan untuk pengukuran titik kontrol vertikal orde II atau orde di bawahnya, yaitu orde III dan orde IV.
B51 725 2000 | 080 ARI r 2000 | Rak Skripsi (9 A) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain